2.1. Pengertian
Weda
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu
kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa
melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu,
laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang
dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid"
(bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu
pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang
Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab
suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran
intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat
nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah
Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal
dari Hyang Widhi Wasa.
2.2. Bahasa Weda
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa
Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang
penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih
menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang
dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata).
Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian
dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak
Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.
2.3. Pembagian dan Isi Weda
Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek
kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas
lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi
Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti.
Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang
dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut
tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun
sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda Sruti
isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda
Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya tidak
bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber
ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka
berikut ini mempertegas pernyataan di atas.
Srutistu
wedo wijneyo dharma
sastram tu wai smerth,
te sarrtheswamimamsye tab
hyam dharmohi nirbabhau.
sastram tu wai smerth,
te sarrtheswamimamsye tab
hyam dharmohi nirbabhau.
Artinya:
Sesungguhnya
Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra, keduanya harus
tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci
yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma)
Weda khilo
dharma mulam
smrti sile ca tad widam,
acarasca iwa sadhunam
atmanastustireqaca.
smrti sile ca tad widam,
acarasca iwa sadhunam
atmanastustireqaca.
Artinya:
Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).
Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).
Srutir
wedah samakhyato
dharmasastram tu wai smrth,
te sarwatheswam imamsye
tabhyam dharmo winir bhrtah.
dharmasastram tu wai smrth,
te sarwatheswam imamsye
tabhyam dharmo winir bhrtah.
Artinya:
Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.
Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.
Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan
Smerti merupakan dasar utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh
dibantah. Sruti dan Smerti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya
dituruti ajarannya untuk setiap usaha.
Untuk mempermudah sistem pembahasan materi isi Weda, maka dibawah ini akan diuraikan tiap-tiap bagian dari Weda itu sebagai berikut:
Untuk mempermudah sistem pembahasan materi isi Weda, maka dibawah ini akan diuraikan tiap-tiap bagian dari Weda itu sebagai berikut:
A. WEDA
SRUTI
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung
oleh Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang
sebenarnya (originair) yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan
sesuai periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda
Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya
himpunan). Adapun kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah:
a. Rg.
Weda atau Rg Weda Samhita.
Adalah wahyu yang paling pertama diturunkan sehingga
merupakan Weda yang tertua. Rg Weda berisikan nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri
dari 10.552 mantra dan seluruhnya terbagi dalam 10 mandala. Mandala II sampai
dengan VIII, disamping menguraikan tentang wahyu juga menyebutkan Sapta Rsi
sebagai penerima wahyu. Wahyu Rg Weda dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi
Pulaha.
b. Sama
Weda Samhita.
Adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra dan memuat ajaran
mengenai lagu-lagu pujaan. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Wahyu Sama Weda
dihimpun oleh Rsi Jaimini.
c. Yajur
Weda Samhita.
Adalah Weda yang terdiri atas mantra-mantra dan sebagian
besar berasal dari Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran mengenai pokok-pokok
yajus. Keseluruhan mantranya berjumlah 1.975 mantra. Yajur Weda terdiri atas
dua aliran, yaitu Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur Weda
dihimpun oleh Rsi Waisampayana.
- Atharwa Weda Samhita
Adalah kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang
bersifat magis. Atharwa Weda terdiri dari 5.987 mantra, yang juga banyak
berasal dari Rg. Weda. Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari
seperti mohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharwa Weda dihimpun oleh Rsi
Sumantu.
Sebagaimana nama-nama tempat yang disebutkan dalam Rg. Weda
maka dapat diperkirakan bahwa wahyu Rg Weda dikodifikasikan di daerah Punjab.
Sedangkan ketiga Weda yang lain (Sama, Yayur, dan Atharwa Weda),
dikodifikasikan di daerah Doab (daerah dua sungai yakni lembah sungai Gangga
dan Yamuna.
Masing-masing bagian Catur Weda memiliki kitab-kitab
Brahmana yang isinya adalah penjelasan tentang bagaimana mempergunakan mantra
dalam rangkain upacara. Disamping kitab Brahmana, Kitab-kitab Catur Weda juga
memiliki Aranyaka dan Upanisad.
Kitab Aranyaka isinya adalah penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan Brahmana. Sedangkan kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan mengenai bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam semesta dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam Karma Kandha sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana Kanda.
Kitab Aranyaka isinya adalah penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan Brahmana. Sedangkan kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan mengenai bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam semesta dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam Karma Kandha sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana Kanda.
B. WEDA
SMERTI
Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan.
Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis
menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.
Kelompok Wedangga:
Kelompok
ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:
(1). Siksa (Phonetika)
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara
tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara.
(2). Wyakarana (Tata Bahasa)
Merupakan
suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena
untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian
dan bahasa yang benar.
(3). Chanda (Lagu)
Adalah
cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak
dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan
Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian
yang mudah diingat.
(4). Nirukta
Memuat
berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.
(5). Jyotisa (Astronomi)
Merupakan
pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan
untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan
dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan
yadnya.
(6). Kalpa
(6). Kalpa
Merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan
penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang
Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta memuat berbagai
ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain,
terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Sedangkan kitab Grhyasutra,
memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus
dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga. Lebih lanjut, bagian
Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup
bermasyarakat dan bernegara. Dan Sulwasutra, adalah memuat peraturan-peraturan
mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura, Candi dan
bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.
Kelompok Upaweda:
Adalah
kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok Upaweda terdiri
dari beberapa jenis, yaitu:
(1). Itihasa
Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu
Ramayana dan Mahabharata. Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh
isinya dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya
sekitar 24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah Ayodhya Kanda, Bala
Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap
Kanda itu merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia
cerita Ramayana sangat populer yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan
berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar
abad ke-8.
Disamping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.
Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat masyur isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.
Disamping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.
Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat masyur isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.
(2). Purana
Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut
penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai
silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan
perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat ceitra-ceritra
yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan. Selain
itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang
ceritra kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara
melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara
bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari
kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme
(Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab
Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Purana, Bhawisya Purana, Wamana Purana,
Brahma Purana, Wisnu Purana, Narada Purana, Bhagawata Purana, Garuda Purana,
Padma Purana, Waraha Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa
Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.
(3) Arthasastra
Adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan
pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut
Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang
dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan
Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra adalah Bhagawan
Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya.
(4) Ayur Weda
Adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan
rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan,
baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka luas lingkup ajaran yang
dikodifikasikan di dalam Ayur Weda meliputi bidang yang amat luas dan merupakan
hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Weda meliptui delapan bidang ilmu,
yaitu ilmu bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-obatan, ilmu psikotherapy, ilmu
pendiudikan anak-anak (ilmu jiwa anak), ilmu toksikologi, ilmu mujizat dan ilmu
jiwa remaja.
Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang
ditulis oleh Maharsi Punarwasu. Kitab inipun memuat delapan bidan ajaran
(ilmu), yakni Ilmu pengobatan, Ilmu mengenai berbagai jens penyakit yang umum,
ilmu pathologi, ilmu anatomi dan embriologi, ilmu diagnosis dan pragnosis,
pokok-pokok ilmu therapy, Kalpasthana dan Siddhistana. Kitab yang sejenis pula
dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh
Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan
dengan sistem anatomi yang penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani
dan rohani.
(5) Gandharwaweda
Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.
Ada beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra
(yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya
dan lain-lain.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda
Smerti meliptui banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang
tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama
dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga,
Mimamsa dan Wedanta. Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat yang
mengakui otoritas kitab Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan
uraian ini kiranya dapat diperkirakan betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia. Di dalam ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu,
karena tiap ilmu akan menunjuk pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti
pula. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi
Weda secara sempurna.
No comments:
Post a Comment